Jurus Interview

gowes hujan2

kemarin jum'at sore hujan mengguyur daerah kantorku di Radio dalam. piirku hujan biasanya sebentar, sehingga pada jam17.30 saatnya pulang kantor hujan uda reda & jalanan tidak terlalu becek. ya karena diajak ngobrol sama manajer,  molorlah waktuku pulang tepat waktu. akhirnya aku berangkat dg mengayuh sepeda kesayanganku sekitar jam 17.50 walau dg perasaan ragu2, karena mendung masih terlihat gelap sekali. baru kira2 200 mtr dari gerbang kantor, butiran air jatuh dr langit besar2 pula. kuputuskan utk balik kucing ke markas alias kantor lagi. uda menunggu santai di ruanganku kira2 20 menit hujan reda. aku berangkat lagi dg pelan2, karena kalau 'nggenjot'-nya terlalu kenceng, maka air ban akan muncrat ke punggungku + tas, maklumlah 'slebor'nya pendek dari baru, mgkin bs dikatakan hanya sebagai hiasan kayanya. jd pelan2 sekali gowesnya, mengatur kesabaran dijalan. ya gerimis datang lagi deh, tp kuputuskan utk terus berjalan dg pelan2. nyampe daerah Kemang, hujan tambah deras, tp tetap aq putuskan terus mengayuh. di jalan Bangka hujan parah sekali, basah kuyup terjadilah sudah. dengan thermometer jam tanganku menunjukkan suhu 23.6 derajat celcius. sesampainya di jalan Mampang prapatan hujan berkurang menjadi gerimis. dan yg terjadi mancet banget yg panjang. klo macet gini aku suka, karena gampang menyeberang jalan, posisi kosan ada di timur jalan soalnya. akirnya sukses menyeberang dg mudahnya, santailah diriku mengayuh karena tinggal 300meter menuju kosan. dan akhirnya sampai dg selamat.
baju, celana luar dalam, topi, tas basah kuyup tidak terkecuali. tp ternyata dalamnya tas masih kering, karena material tas yg terdesain tahan hujan, kayanya sih.

ini pertama kali gowes berhujan-hujan ria. rencana berikutnya, beli spakbor atau slebor full seperti sepeda jengki, biar aman saat hujan. sehingga bisa kenceng nggenjotnya.

manfaatnya, melatih kesabaran saat kondisi dihadapkan pada cobaan hidup ini. hidup di Jakarta banyak2 bersabar, sehingga selalu bijak dlm memutuskan berbagai hal.

salam goweser

Ibu kota negaraku

berawal dr keinginan untuk memajukan diri, mencari kerja yg bagus dan tentu saja gaji yg bagus pula. dari kerja di pulau dewata, bertemulah suatu keputusan utk mengiyakan tawaran teman kerja di Jakarta. berangkat dari kota tahu Kediri dg menunggangi kereta ekonomi Brantas yg dpt tiket berdiri, sangat susah sekali utk bs duduk, klo ada celah sedikit lgsg 'ndlosor'. itupun gak bs tidur krn bolak-balik dilangkahi pedagang asongan, lbh mantapnya lg bs tidur rebahan di kolong kursi, sangat nyaman sekali. tp kawatirnya kecoak2 kecil 'nggremet' di badan.
setelah sampai stasiun Jatinegara bingung mau nginep mana, akirnya call temen yg kerja & kos di sekitar Mampang. sampe sekarang saya tinggal di situ sm temen2. dari Jakarta pula banyak kenalan dg para alumni dan dr orang lain yg menjadi relasi dan konektivitas.

untuk urusan transportasi. gileeee baru pertama naek metromini pokoknya sangar..... lha saya kebiasaan nyetir rilex di jawa. mata melotot depan terus, tangan pegangan erat2, kaki pasang kuda2 seakan saya yg nyetir dan ngerem. dan mancetnya itu.......parah banget..... klo perjalanan sepeda motor normal aja 20 menit uda nyampe, lha ini bisa 2 jam. gileeeee... pkoknya minggu2 pertama penuh ke-stress-an karena gak biasa. setelah beradaptasi krn terbiasa akhirnya biasa jg dg kondisi seperti itu. akirnya klo bawa kendaraan sendiri di jawa kebiasaan nyelip2 deh, karena sejengkal jarak di jalan raya sangat berarti bagi pengemudi sepeda motor utk memperoleh posisi didepan. kayanya sih gitu. tp kemacetan seperti tidak berarti lg, karena saya punya solusinya, yaitu 'nggowes'. macet seperti apapun lancar jaya, 30 menit uda nyampe kantor atau kosan.

untuk urusan masyarakatnya. lha ini yg emang jd pokok utamanya, sebenarnya cari kerja di Jakarta itu mudah, kalau tahu jalannya dan tidak putus asa. banyak penduduk yg hidup apa adanya di pinggir2 rel kereta, pinggir2 sungai. ngeri dan miris lihat lebih jauh sisi urban yg tidak banyak terexpose. penampilan2 para pegawai yg bisa dikatakan sangar dr pengamatan wong ndeso. penampilan sangat berarti dan menjadi tren diri sendiri kayanya. walopun gaji mereka bisa dikatakan pas2an.
tp disisi lain tersebut ada sesuatu yg bikin saya tercengang, berkenalan dg seorang auditor dr perusahan internasional di daerah kuningan, rumahnya di daerah kemang yg menurut saya sangat mewah sekali. dan dr orang dekatnya yg pernah liat slip gaji, ia memiliki gaji pokok 155 jt/bulan, blm termasuk bonus2 yg lain. mantap bosss......... saya yakin pasti ada yg lbh dr itu.
kriminalitas, alhamdulillah uda pernah merasakan penjambretan duit dikantong, kejadiannya sehabis ambil duit di atm yg bertujuan utk biaya2 hidup selama 2 minggu, kemugkinan sih dibuntuti. ya saya berharap jangan ada lagi kejadian kriminalitas menimpa diriku ini.

untuk urusan infrastruktur. pembangunan terus dilakukan pemerintah maupun swasta. jembatan2 layang uda mulai dibangun, gorong2 parit pada dikeruki. ada yg bikin jengkel, galian kabel FO, semula rapi sblm dikeruk, tp setelah dibalikin gak sesuai asalnya, alias asal2an. mal2 besar dan megah mewah wah sangat menggembirakan mata dan perasaan, tp menyedihkan bagi kantong dan gaya hidup seperti itu. sekali lagi tp itu hanya sebatas yg saya ketahui dg mata sendiri di daerah Jaksel dan sekitarnya.

memasuki kesimpulan, ya pandai2nya diri ini utk menyeleksi mana yg baik & mana yg buruk, menjaga diri alias mawas diri. sisi lain kehidupan seharusnya perlu diketahui sehingga menambah wawasan. relasi semakin bertambah, insyaAlloh rejeki jg bertambah. heheheee... ini masih di Jakarta, sebuah ibu kota negara Indonesia, blm lagi di luar negeri, dan itu yg pengen saya ketahui. amin.....